Ulasan Buku "Filosofi Teras"

Oleh: Yehezkiel Ringgas Panjaitan

Hai! Udah lama ngga nulis lagi di blog ini ternyata๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚. Apa kabar? Semoga kita selalu dalam keadaan sehat ya! Pada tulisan di blog kali ini, gua bakal memberikan ulasan tentang buku yang pernah gua baca nih, yaitu "Filosofi Teras". Buat kalian yang mau baca buku ini tapi masih ragu-ragu, semoga ulasan gua membantu kalian ya!


Judul               : Filosofi Teras

Pengarang      : Henry Manampiring

Penerbit          : Penerbit Buku Kompas

Tahun Terbit   : 2019

Cetakan          : ke-1

Tebal               : xxiv + 320 hlm

Ukuran            : 13 cm × 19 cm

Harga              : Rp 98.000,00

Semenjak masuk bangku perkuliahan pada bulan September lalu, saya sempat menonton video dari Youtube mengenai manfaat positif dari membaca buku, yang kemudian membuat saya tertarik membaca. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli sebuah buku untuk pertama kalinya, kemudian saya langsung pergi ke toko buku hari itu juga dan saat saya sampai disana, saya melihat buku yang cukup menarik diantara buku Self Improvement lainnya, yaitu buku Filosofi Teras ini. Saya mulai membaca dan melihat-lihat dari sampulnya yang menurut saya buku ini menarik dan saya memutuskan untuk membelinya.

 

Saya memutuskan untuk membeli buku ini karena saya juga suka terhadap ilmu filsafat pada saat itu. Menurut saya, buku ini jauh dari perspektif orang-orang yang menganggap bahwa filsafat itu adalah bacaan yang berat atau semacamnya. Namun, tidak selamanya benar, buku ini sangat mudah dimengerti dan dipahami bagi orang awam, termasuk saya.

Pada tahun 2017, penulis buku ini didiagnosis oleh seorang psikiater menderita Major Depressive Disoder (penyakit heterogen ditandai dengan perasaan depresi). Saat berhadapan pada sebuah keadaan, ia selalu negative thinking dan dipenuhi kecemasan. Untuk berjuang dari sakitnya ia menjalani terapi obat-obatan, sehingga membuat perasaannya membaik. Kemudian muncul pertanyaan, apakah ia selamanya akan bergantung pada obat?

Selama masa pengobatan berlangsung, ia menemukan buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci. Buku tersebut membahas mengenai bagaimana menerapkan Filsafat Stoa atau Stoisisme dalam hidup. Sesudah membaca buku Pigliucci, pikirannya terbuka dan menemukan cara ampuh terapi tanpa obat. Ia mempraktikkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Singkat cerita, ia menjadi pribadi yang lebih tenang, damai, dan dapat mengendalikan emosi negatif. Atas hasil yang diperolehnya, Henry Manampiring memutuskan untuk berbagi tentang Stoisisme kepada orang lain. Pada tahun 2019, ia menulis buku Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini.

Buku ini terdiri dari 12 bab dan saya akan menceritakan bab yang menurut saya menarik untuk dibaca, yaitu Hidup Selaras Dengan Alam (bab 3) dan Dikotomi Kendali (bab 4). Mulai dari bab 3, inti dari bab ini membahas mengenai mengapa kita harus hidup selaras dengan alam, artinya selama kita hidup, kita harus menggunakan nalar dan akal sehat yang kita miliki apabila kita tidak ingin disamakan dengan binatang. Filosofi Teras percaya bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini saling berhubungan, termasuk peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Melawan atau mengingkari apa yang telah terjadi, sama saja kita mencoba keluar dari keselarasan dengan alam. Lanjut ke bab 4, pada bab ini membahas mengenai keresahan-keresahan yang terkadang muncul dalam diri kita, yaitu hal-hal yang ada dalam kendali kita dan diluar kendali kita. Menurut saya, bab ini sangat relevan, sehingga saya sangat suka pada bab ini. Secara garis besar, bab ini mengajarkan kita untuk tetap fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan tidak perlu pusing memikirkan hal-hal diluar kendali diri kita.

Pada akhirnya, buku ini merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca, terutama bagi kamu kaum milenial ataupun gen z. Selain isi buku yang menarik, ilustrasi yang diberikan oleh Levina Lesmana membuat kita tidak mudah bosan dalam membaca buku filsafat yang satu ini, walaupun pemilihan huruf yang kecil dan rapat menambah kesan jenuh. Ditambah rata kiri yang terlihat kurang rapih. Namun, secara keseluruhan saya puas dengan buku ini. Dalam membaca buku ini tidak mungkin kita langsung merasakan damai dan terbebas dari emosi negatif karena menerapkannya juga butuh latihan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selamat Membaca! Selamat berbahagia ala Filosofi Teras!

 

*Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trading

Vol 1 - Perspektifku Terhadap Piramida Keuangan